Mengenai Saya

Foto saya
"aku hanya mencoba menerka hidup" mencoba bergembira dari bangun tidur hingga tidur lagi

Rabu, 28 Juli 2010

"menyambut hari laparku"

pada saat catatan ini di buat adalah 2 minggu menjelang puasa ramadhan. belum puasa itu benar-benar datang tapi perasaan lapar dan haus sudah mendera terlebih dahulu. entah senang atau sedih tapi puasa selalu mendatangkan sensasi yang berbeda. ini adalah latian kejujuran antara aku dan diriku.


aku masih teringat ketika masih kecil, ketika masih tengah hari dan cuaca sedang begitu panasnya, dan waktu ibadah dzuhur datang, maka segera aku mengambil air wudhu untuk menunaikanya, akan tetapi di sela-sela berwudhu inilah dengan sengaja ku teguk sedikit airnya. rasanya segar sekali walaupun aku tau itu adalah air mentah. tenggorokan menjadi lega, namun hati ini rasanya telah kecewa karena kekalahan melawan diri sendiri. lalu kupandangi mereka yang masih dengan sungguh-sungguh berpuasa, rasanya aku jadi iri, kubayangkan mereka sudah berbondong-bondong membeli pahala dan bersiap masuk surga, akan tetapi aku masih tetap disini sebagai pihak yang kalah.


perasaan ini masih terpaku hingga kini. dan bila mengingat masa itu ku sadari betapa lemahnya imanku, dan bukan hanya saat itu, hingga kinipun kadar keimanan ku masih begitu rapuhnya. aku menjadi mudah tergoda, tergoda keadaan, tergoda dengan setumpuk rayuan, bahkan tergoda untuk mengingkari janji terhadap diri sendiri.


aku mengerti betul kualitas diriku, jika terhadap diri sendiri saja masih bgitu terlenanya untuk tak menepati, bagaimana dengan janjiku kepada sesama?, jika di tarik lebih jauh lagi akan ku pertanyakan janjiku kepada tuhan. namun pertanyaan itu tak lantas aku tanyakan kepada siapapun karena ku yakin belum ada yang mampu untuk menjawab secara sahih.


dan sebelum hari puasa pertama ini benar-benar datang, maka dengan segenap hati aku menyiapkan diri, akan kusambut hari-hari lapar itu dengan gegap gempita. karena ku tau setelah berlapar-lapar seharian hanya akan membuat aku menghargai sebuah ritual yang sering terlupakan yaitu "makan"




"Lawang sewu"

Inilah icon dari semarang, bangunan tua yang letak nya tepat di jantungnya, gedung ini sungguh bersejarah jika di tilik dari historinya. Akan tetapi kesejarahanya tak lagi di pahami oleh generasi selanjutnya, bangunan ini memang masih kokoh berdiri, tampak dari depan ia begitu kuat seakan menantang siapa saja yang lewat, namun jika anda menyelami hingga ke ceruk-ceruknya, maka gedung ini adalah gedung tua yang merana, yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang istimewa. melihat semakin dalam gedung ini saya bayangkan sebagai seorang nenek yang tinggal sendiri, merasa ksepian karna ditinggalkan smua kerabatnya.
perasaan sendiri inilah yang berbahaya, ia bisa saja menyerang siapa saja, tak terkecuali saya. merasa sendiri dan tak berguna bisa menggiring seseorang untuk menyabot diri lalu mati. mati dalam sepi yang seperti ini tentu hal yang tak kita inginkan.

lama sekali ku pandangi gedung tua bernama lawang sewu ini, smakin lama ku lihat smakin mengembara imajinasiku dan semakin iba saja aku dibuatnya. pernah aku sesekali mengunjunginya, mengelus tembok nya yang kusam, aku mencoba bercengkrama dengan tembok itu, terlepas dia mngerti atau tidak. dan kira-kira begini dialog nya, "wahai engkau tembok, seandainya kamu bisa bicara, pasti engkau sudah menceritakan berbagai kisah perjuangan mu, dan mungkin engkau akan terus memaki kepada siapa saja yang lewat karna tak menghargai mu sebagai tempat bersejarah". dan setelahnya aku tinggalkan tempat itu dengan rasa haru. bagaikan meninggalkan seorang lanjut usia sendiri di rumah megahnya.

kota semarang ini tanpa lawang sewu dan gereja blenduk sama seperti kota yang kehilangan separuh kekuatanya.